Karya Ilmiah tentang Peningkatan Nilai Spritual melalui Wajo Menghafal



PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI GERAKAN
WAJO MENGHAFAL

KARYA TULIS ILMIAH
                            

ASRUL JAYA
9962593811

SMAN 3 SENGKANG UNGGULAN
KABUPATEN WAJO
2013/2014
PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI GERAKAN
WAJO MENGHAFAL

                            



KARYATULIS ILMIAH

Ditulis sebagai tugas mata pelajaran bahasa Indonesia untuk uji kompetensi psikomotorik menulis untuk tugas terkahir pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.



SMAN 3 SENGKANG UNGGULAN
KABUPATEN WAJO
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas pertolongan Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa sholawat serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang berjudul :PENGEMBANGAN KECERDASAN  SPRITUAL MELALUI GERAKAN WAJO MENGHAFAL
Untuk menyelesaikan karya tulis ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.         Bapak A.Walinono S.pd.M,pd yang telah  membimbing dan mengarahkan  penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan
2.         Kedua orang tua saya yang  telah mensuppor say
3.         Teman-teman XII.IPA 1
Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat kekurangan dalam pembuatan laporan ini penulis mohon maaf, karena penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Sengkang,10 Februari 2014Penulis

DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL                                                                                                         ii
KATA PENGANTAR                                                                                                      iii
DAFTAR ISI                                                                                                                    iv
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                 1
A.    Latar Belakang                                                                                                   1
B.     Rumusan Masalah                                                                                              2
C.     Tujuan                                                                                                                3
D.    Manfaat                                                                                                              4
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR                                            5
A.    Landasan Teori                                                                                                   5
B.     Kerangka Pikir                                                                                                   6
BAB III PEMBAHASAN                                                                                                 7
A.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Spiritual                                                     8
B.     Arti Gerakan Wajo Menghafal
C.     Pengaruh Al-Quran Dalam Diri dan Masyarakat
D.    Keutamaan Menghafalkan Al-Quran
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN                                                                                                                  
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                                                             





                                                BAB 1     
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kota wajo adalah kota yang mendapatkan predikat sebagai kota santri. Namun akhir-akhir ini perkembangan teknologi dan informasi ini telah mengubah pola pikir masyarakat khususnya generasi muda.Tentu hal ini akan membawa dampak positif maupun negative pada generasi muda khususnya pada Negara berkembang seperti Indonesia. Namun faktanya dampak negative yang timbul kini lebih banyak akibat penyalahgunaan dari perkembangan teknologi, hal ini didukung oleh kemerosoton moral yang telah menimpa kaum penerus agama dan bangsa, terkhusus kepada para pemuda Wajo. Apalagi di tambah dengan maraknya aksi korupsi di kalanagan para pejabat alias sang raja yang bisa dikatan sebagai kawanan hitam yang akan merusak moral bangsa Indonesia. Hal ini tentu sangat merugikan. Oleh karena itu  untuk mennaggulangi kemorosotan moral masyarakat Sengkang salah satunya adalah  adalah dengan mengembangkan kecerdasan spritual para pemuda melalui gerakan menghafalkan Al-Quran. Dengan Al-Qur’an, kita dapat mengetahui segala yang baik dan yang  buruk. Melalui Al-Qur’an, kita bisa memahami yang haq dan yang batil.  Melalui Al-Qur’an pula, kita mampu mengerti terhadap segala hal yang diridhai dan yang dibenci oleh Allah Swt. Inilah yang menjadi alasan sehingga Al-Qur’an begitu vital bagi kehidupan  seluruh umat muslim



Masalah :
1.      Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan spritual di masyarakat Wajo khususnya para penerus bangsa
2.      Apa itu Gerakan Wajo Menghafal
3.      Apa pengaruh Al-Quran di dalam diri dan masyarakat
4.      Apa keutamaan menghafalkan Al-Quran

Tujuan :
1.      Untuk mengetahui cara meningkatkan nilai spritual masyarakat wajo terkhusus para penerus bangsa
2.      Untuk mengetahui arti Gerakan Wajo Menghafal
3.      Untuk mengetahui pengaruh Al-Quran di dalam diri dan masyarakat
4.      Untuk mengetahui keutamaan menghafalkan Al-Quran

Manfaat :
1.      Mampu mengembalikan predikat Wajo menjadi Kota Santri
2.      Mampu meningkatkan nilai spritual masyarakat Wajo




                                                                                                        




BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A.    LANDASAN TEORI
1.      Pengertian Kecerdasan Spritual
Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.
Sementara itu Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.  Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.
Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta.
Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara menyeluruh”. Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.
Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain. Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar, menggunakannya  menuju kearifan, dan untuk mencapai  kebahagiaan yang abadi.
Menurut Stephen R. Covey, kecerdasan spiritual, yang lazim disebut SQ (spiritual quotient)adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupannya.
Kecerdasan intelektual, di samping kecerdasan emosional, memang menentukan keberhasilan seseorang. Tapi kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi yang menentukan bukan saja kesuksesan, melainkan juga kebahagiaan seseorang. Kecerdasan spiritual membangkitkan kesadaran kita sebagai manusia yang berguna bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita, yang tidak tumbuh dengan sendirinya ketika dewasa, tetapi harus dipupuk, dibangkitkan dan distimuli semenjak dini supaya menjadi pribadi unggul.
Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berpikir optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati dan potensi kamanusiaan tidak cukup hanya dengan IQ dan EQ, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.


2.     Ciri-ciri kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri dan membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya.
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2001) dan Sinetar (2001), kecerdasan spiritual memiliki enam ciri:
1. Mempunyai kesadaran diri mendalam, sehingga bisa menyadari situasi dan kondisi yang datang dan menanggapinya dengan positif.
2. Mempunyai visi dan memahami tujuan hidup, sehingga kualitas hidupnya diilhami oleh visi dan nilai-nilai kebaikan yang dianutnya.
3. Mampu bersikap fleksibel secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, berpandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan) dan efisien tentang realitas.
4. Berpandangan holistik, yang melihat keterkaitan peristiwadalam berbagai hal sebagai suatu rencana yang indah dari Tuhan di dalam kehidupannya.
5. Mampu melakukan perubahan dalam bidang-bidang kehidupan yang ditekuninya, tanpa harus menjatuhkan orang lain.
6. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai gagasan-gagasan yang segar, unik dan spektakuler.
7. Mampu melakukan refleksi diri dan memilah-milah mana yang menjadi prioritas dalam hidupnya.
Komponen kecerdasan spiritual
Dr. H. Arief Racman, M.Pd. menggambarkan SQ sebagai kecerdasan yang terdiri dari lima komponen:
1. Kecerdasan meyakini Tuhan sebagai Penguasa, Pelindung dan Pemaaf, dan kita percaya kehadiran Yang Maha Kuasa serta penyertaan-Nya di dalam kehidupan kita.
2. Kemampuan untuk bekerja keras, minta bimbingan Tuhan, yang mendorong seseorang memiliki etos kerja yang tinggi dan berusaha sungguh sungguh melakukan berbagai aktivitasnya.
3. Kemampuan dan kemauan untuk kokoh untuk melakukan ibadah setiap hari kepada Sang Khalik secara disiplin, taat dan berkesinambungan.
4. Kemampuan untuk sabar dan bertahan dalam berihktiar supaya tidak mudah putus asa dan menyerah dalam menghadapi kesulitan demi kesulitan.
5. Menerima keputusan terakhir dari Tuhan, segala sesuatu yang terjadi atas seizin dan sepengetahuan Tuhan, sehingga hal ini mendatangkan ketenangan hidup.
Dengan lima komponen itu akan terbentuk manusia yang bermental pemenang, mau bekerja keras dan tak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan, namun tepat menempatkan diri dalam posisi sebagai hamba yang tunduk dan patuh kepada Tuhan. Orang yang memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang tinggi tidak hanya mengandalkan rasio dan emosi saja saat menghadapi persoalan hidup, ia akan merujuk kepada hal-hal yang spiritual, seperti ayat-ayat Kitab Suci, perkataan orang saleh maupun nasihat-nasihat yang baik. (Herry P. Jonathan)

3.      Perkembangan Spiritual
a.            Pengertian Spiritualitas
Kata spiritualitas berasal dari bahasa inggris yaitu spirituality, kata dasarnya spirit yang berarti roh, jiwa, semangat (Echols dan Shadily, 1997). Kata spirit sendiri berasal dari kata latin spiritus yang berarti luas atau dalam (breath), keteguhan hati atau keyakinan (courage), energi atau semangat (vigor), dan kehidupan (Ingersoll, 1994). Kata sifat spiritual berasal dari kata latin spiritualis yang berarti of the spirit (kerohanian). Ingersoll (1994) mengartikan spiritualis sebagai wujud dari karakter spiritual, kualitas, atau sifat dasar.
Menurut Aliah B. Purwakania Hasan (2006), spiritualitas memiliki ruang lingkup dan makna pribadi yang luas, hanya saja spiritualitas dapat dimengerti dengan membahas kata kunci yang sering muncul ketika orang-orang menggambarkan arti spiritualis bagi mereka. Dengan mengutip hasil penelitian Martsolf dan Mickley, Aliah B. Purwakania Hasan menyebutkan beberapa kata kunci yang bisa dipertimbangkan, yaitu:
1)      Meaning (makna)
2)      Values (nilai-nilai)
3)      Transcendence (transendensi)
4)      Connecting (bersambung)
5)      Becoming (menjadi)

b.            Spiritualitas dan Religiusitas
Agama memang tidak mudah untuk didefinisikan secara tepat, karena agama mengambil bentuk bermacam-macam diantara suku-suku dan bangsa-bangsa di dunia. Secara etimologi, religion (agama) berasal dari bahasa latin religio, yang berarti suatu hubungan antara manusia dan Tuhan. Berbeda dengan agama, spiritualitas lebih banyak melihat aspek dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang bagi banyak orang lain merupakan misteri, karena intimitas jiwa. Dalam ini, spiritualitas mencakup citra rasa totalitas kedalam pribadi manusia.
Istilah spiritulitas dan religius sering kali dianggap sama, namun banyak pakar yang menyatakan keberatannya jika kedus istilah ini dipergunakan saling silang. Spiritualitas adalah kesadaran tentang diri, dan kesadaran individu tentang aasl, tujuan dan nasib. Agama adalah kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki manifestasi fisik di atas dunia. Agama memiliki kesaksian iman, komunitas, dan kode etik. Dengan kata lain, spiritualitas memberikan jawaban siapa dan apa orang itu (keberadaan dan kesadaran), sedangkan agama memberikan jawaban apa yang harus dikerjakan seseorang (perilaku atau tindakan).
Spiritualitas dalam Psikologi Humanistik
Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa tingkah laku manusia sema-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reaktor terhadap insting atau tekanan lingkungan. Teori ini berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif dan self-direction.

c.             Spiritualitas dalam Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal sebenarnya merupakan kelanjutan atau lebih tepatnya pengembangan dari psikologi humanistik. Ada dua unsur yang menjadi perhatian psikologis transpersonal, yaitu potensi-potensi luhur (the highest potentials) dan fenomena kesadaran (state of consciousness) manusia. Denagn kata lain, psikologi transpersonal menfokuskan perhatian pada dimensi spiritual dan pengalaman-pengalaman rohaniah manusia.

d.            Dimensi-mimensi Spiritualitas
Meskipun para peneliti tentang spiritual yang sehat mencatat bahwa spiritual harus dipahami dalam miltidimensional, namun Ingersoll (1994) menggambarkan spiritualitas dalam tujuh dimensi, yaitu:
1)      Makna (meaning)
2)      Konsep tentang ketuhanan (conception of divinity)
3)      Hubungn (relationship)
4)      Misteri (mystery)
5)      Pengalaman (experience)
6)      Perbuatan atau permainan (play)
7)      Intregrasi (intregration)
Berbeda dengan Ingersoll, Burkhardt (dalam Achir Yani s Hamid, 2000), menyebutkan empat dimensi spiritualitas, yaitu:
1)      Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau tidakkepastian dalam kehidupan.
2)      Menentukan arti atau makna hidup.
3)      Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalm diri sendiri.
4)      Mempunyai perasaan keterkaitan denagn diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Tinggi.

e.              Teori Perkembangan Spiritual Fowler
Dalam teorinya, Fowler mengusulkan tahap perkembangan spiritual dan keyakian yang dibangun atas dasar teori-teori perkembangan dari Erikson, Piaget, Kohlberg, Perry, Gillingan, dan Levinson. Fowler bahwa spiritualitas dan kepercayaan dapat berkembang hanya dalam lingkup perkembangan intelektual dan emosional yang dicapai oleh seseorang. Ketujuh tahap perkembangan agama itu adalah:
1.      Primal faith
2.      Intuitive-projective faith
3.      Mythic-literal faith
4.      Synthetic-conventional faith
5.      Individuative-reflective faith
6.      Conjuctive faith
7.      Universaling faith (Dacey dan Kenny, 1997)

a.       Karakteristik Perkembangan Spiritualitas Anak Usia Sekolah
Menurut Fowler (dalam Muhammad Idrus, 2006), pada tahap ini sesuai denagn tahap kognitifnya, anak daapat baerfikir logis dan mengatur dunia dalam katagori-katagori yang baru.
b.      Karakteristik Perkembangan Spiritualitas Remaja
Keyakinan agama pada remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal kank-kanak ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir simbolik Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.
c.       Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual terhadap Pendidikan
Berikut ini akan dikemukakan beberapa stategi yang mungkin dapat dilakukan guru di sekolah dalam membantu perkembangan moral dan spiritual peserta didik :
1.      Membeikan pendidikan moral adan keagamaan melalaui kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yakni sekolah menjadi atmosfer moral dan agama secara keseluruhan.
2.      Memberikan pendidikan moral langsung (direct moral education) yakni pendidikan moral dengan pendekatan pada nilai dan juga sifat selama jangka waktu tertentu atau menyatukan nilai-nilai dan sifat-sifat tersebut ke dalam kurikulum.
3.      Memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai (values clarification) yaitu pendekatan pendidikan moral tidak langsung yang berfokus pada upaya menbantu siswa untuk memperoleh kejelasan mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari.
4.      Menjadikan pendidikan wahana yang kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya bersifat teoritis, tetapi penghayatan yang benar-benar dikontruksi dari pengalaman keberagamaan.
5.      Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting, seperti:
§  Memupuk hubungn kadar anak dengan Tuhan melelui doa setiap hari.
§  Menanyakan kepada anak bagaimana Tuhan terlibat dalam aktivitasnya sehari-hari.
§  Memberikan kesadaran kepada anak bahwa Tuhan akam membimbing kita apabila kita meminta.


4.      Pengertian menghafal Al-Quran

Menurut etimologi, kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
Dalam terminologi, istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar.
Ads not by this site
Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal al-Quran yaitu menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal al-Quran.
Menghafal al-Quran merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan al-Quran dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian al-Quran baik dari tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya.

3.      Pengertian Gerakan Wajo menghafal
Gerakan Wajo menghafal adalah gerakan untuk mengembangkan kecerdasan spritual terkhusus masyarakat Wajo. Gerakan Wajo menghafal hadir dikarenakan oleh situasi dan kondisi saat sekarang ini. Terutama pada kalangan anak-anak serta remaja.


4.     KERANGKA PIKIR
Pengembangan kecerdasan spritual terutama pada masyarakat sangatlah perlu, hal ini dikarenakan faktayang terjadi sekarang ini, remaja dan anak-anak cenderung meniru budaya dan perilaku orang luar negeri yang cenderung ke arah negatif serta bertentangan dengan ajaran islam. Pengembangan spiritual pada masyarakat Wajo dimulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa. Salah satu cara untuk mengembangkan spritual adalah dengan Menghafalkan Al-Quran. Dengan menghalakan Al-Quran dapat merubah pola pikir penerus bangsa terutama anak-anak dan remaja supaya tidak meniru budaya barat, serta tidak berperilaku negatif yang dapat merusak moral bangsa. Untuk itu dengan gerakan Wajo Menghafal diharapkan dapat mengembangankan dan meningkatkan kecerdasan spiritual masyarakat Wajo



BAB III
           PEMBAHASAN
A.    Cara mengembangkan kecerdasan spritual
1. Seringlah melakukan mawas diri dan perungan tentang diri sendiri,kaitan hubungan dengan orang lain, dan peristiwa yang dihadapi untuk mehamami makna dari setiap peristiwa yang dihadapi untuk memahami makna darisetiap peristiwa yang terjadi.

2. Kenali tujuan hidup, tangung jawab dan kewajiban. Dalam hidup kita.jika segalanya mudah, lancar dan membahagiakan, berarti tujuan hidup cocok. Sebaiknya bila banyak rintangan dan kegagalan berarti tidak cocok.

3. Tumbuhkan kepedulian,kasih sayang dan kedamaian.

4. Pekakan diri terhadap bisikan, inspirasi dan intuisi.Inilah proses'channelling'dengan tuhan. Datangnya sering bersifat simbolik ,terkadang tidak linear.

5.Ambil hikmah dari segala perubahan maupun penderitaan sebagai jalan untuk peningkatan mutu kehidupan kita.

6.Kembangkan tim kerja dan kemitraan, yang saling asah dan saling asuh.

7.Belajarlah melayani dengan sikap rendah hati di hadapan tuhan dan sesama.             
Jangan menyerah pada kesulitan! SQ mampumentransfortasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spritual yang bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang karena belajar dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.

Menurut Abdul Wahid Hasan (2006:85-91) langkah-langkah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut:
  • Merenungkan secara mendalam persoalan-persoalan hidup yang terjadi, baik di dalam diri sendiri, termasuk di luar diri sendiri.
  • Melihat kenyataan-kenyataan hidup secara utuh dan menyeluruh, tidak terpisah.
  • Mengenali motif diri. Motif atau tujuan (niat) yang kuat akan memiliki implikasi yang kuat pula bagi seseorang dalam mengarungi kehidupan.
  • Merefleksikan dan mengaktualisasikan spiritualitas dalam penghayatan hidup yang konkrit dan nyata.
  • Merasakan kehadiran yang begitu dekat, saat berzikir, berdoa dan dalam aktivitas yang lain.
B.      ARTI GERAKAN WAJO MENGAHAFAL

GERAKAN WAJO MENGHAFAL adalah


C.      PENGARUH AL-QURAN DI DALAM DIRI DAN MASYARAKAT

Keterikatan Seorang Muslim dengan Al Qur’an
Sesungguhnya kehidupan seorang muslim tidaklah bisa dilepaskan daripada al qur’an karena keimanannya kepada Allah menuntutnya beriman pula kitab-kitab-Nya termasuk di dalamnya al qur’an al karim. Indikator kekuatan iman seseorang kepada Allah Swt bisa dilihat dari interaksinya dengan al qur’an. Semakin sering seseorang berinteraksi dengannya maka semakin kuat hubungan dan keimanannya kepada Allah Swt. 

Hal lain yang menunjukkan keharusan setiap muslim untuk senantiasa terikat dan berinteraksi dengan al qur’an adalah bahwa al qur’an merupakan referensi pertama umat ini. Artinya bahwa ketika seorang muslim menjauh atau membelakangi al qur’an maka bisa dipastikan bahwa orang itu akan tersesat di dunia dan akhirat.

ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupannnya yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 124)

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang sekiranya kalian berpegang teguh kepadanya niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku. Salah satu dari keduanya itu lebih agung dari yang lain, yaitu kitabullah, adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan keturunanku dari ahli baitku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang menemuiku di telaga. Oleh karena itu perhatikanlah apa yang kalian perbuat terhadap keduanya sesudahku.”

Sebaliknya Allah akan memuliakan seseorang yang banyak berinteraksi dengan al qur’an baik dengan membaca, mentadaburi, hingga menghafalkannya. Banyak dalil-dalil dari al qur’an maupun sunnah yang menerangkan tentang hal ini, diantaranya firman Allah Swt:


فمن اتبع هداي فلا يضل ولا يشقى

“Maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak celaka.” (QS. Thaha : 123)

Pengaruh Menghafal Al Qur’an dalam Kehidupan Mukmin
Pengaruh penghafalan atau penjagaan terhadap al qur’an pada diri seorang mukmin bisa dilihat dari kedudukan al qur’an itu sendiri bagi seorang muslim. Diantara nilai-nilai positif ilahiyah yang muncul di dalam diri seorang penghafal al qur’an yang ikhlas semata-mata karena Allah adalah:

1.Mendapatkan Pengajaran dan Pengetahuan dari Allah Swt 
Al qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat bagi manusia baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Dengan ilmu, manusia mampu mencapai derajat tertingginya diantara semua makhluk Allah Swt. Dan tanpa ilmu, sebaliknya manusia akan mencapai derajat terendahnya di bawah derajat para binatang. Tepatlah apa yang dikatakan al imam al Hasan al Bashri, “Kalaulah bukan karena ilmu pastilah manusia seperti binatang-binatang ternak”
Firman Allah Swt,
يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu” 
(QS. Yunus : 57)

Ads not by this site
Al Harits berkata, “Aku pernah lewat masjid, sedangkan orang-orang tengah larut pembicaraan yang bathil, lalu aku menemui Ali, aku berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apa Anda tidak melihat orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil (dengan mengabaikan membaca al qur’an)?” Ali bertanya, “Apakah mereka telah melakukannya?” Aku menjawab, “Ya.” Ali berkata, “Ingatlah, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Lalu aku bertanya, “Bagaimana solusinya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya ada kisah tentang peristiwa sebelum kalian dan setelah kalian, hukum perkara diantara kalian, ia adalah (firman) yang memisahkan (antara yang hak dan yang bathil), bukan sendau gurau, barangsiapa meninggalkannya karena bersikap sombong maka Allah akan membinasakannya dan barangsiapa mencari petunjuk pada selainnya maka Allah akan menyesatkannya, ia adalah tali Allah yang kokoh, ia adalah peringatan yang bijaksana, ia adalah jalan yang lurus, dengannya keinginan-keinginan tidak akan menyimpang dan dengannya lisan-lisan tidak akan samar, ulama tidak pernah puas darinya, tidak usang meski sering diulang-ulang dan keajaiban-keajaibannya tidak kunjung habis, ia juga yang menyebabkan jin-jin tidak berhenti mendengarnya hingga mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar lalu kami beriman kepadanya.” (QS. Al Jinn : 1-2), barangsiapa berkata dengannya maka ia benar, barangsiapa mengamalkannya maka ia diberi pahala, barangsiapa memutuskan perkara dengannya maka ia adil dan barangsiapa menyeru kepadanya maka ia diberi petunjuk menuju jalan yang lurus, ambillah ia untukmu, wahai A’war”

2.Memiliki hati yang senantiasa terjaga 
Hati memegang peranan di dalam mengarahkan perilaku seseorang. Karena itu kebersihan hati seseorang menjadikan perilakunya lurus dan benar sebaliknya kekotoran hati seseorang menjadikan hatinya menyimpang dari aturan-aturan Allah Swt.
Hati pula yang menjadi pusat serangan setan di dalam menundukkan manusia lalu mengajak mereka kepada jalan yang sesat. Berbagai upaya setan terus-menerus dilakukan dari berbagai sisi kehidupan. Dia mencoba menguasai manusia melalui bisikan harta benda, istri, anak-anak, jabatan, kekuasaan, atau kenikmatan-kenikmatan dunia lainnya.

Banyak manusia berhasil ditaklukkan olehnya sehingga menjadi para pengikutnya. Hal demikian dikarenakan ketidaksiapan hati mereka menerima serangan bertubi-tubi yang dilancarkan oleh setan. Dan yang bisa menundukkan serangan-serangan setan itu adalah kebersihan hati dengan senantiasa mengingat Allah Swt. sebaik-baik dzikir adalah tilawah atau memurojaah hafalan-hafalan al qur’an.

Al qur’an menjadikan seseorang memiliki hati yang lurus, bersih, senantiasa tertambat dengan Allah Swt, meskipun jasad mereka di bumi namun hati mereka telah berada di langit. Al qur’an yang dihafal di dalam hatinya mampu membentengi dari berbagai penyakit hati yang banyak merusak kebanyakan hati manusia, ia adalah obat terhadap berbagai penyakit yang menghinggapi hatinya sebagaimana firman Allah Swt,

وشفاء لما في الصدور
“Penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada” 
(QS. Yunus : 57)


3.Senantiasa Mendapatkan Arahan Allah Swt 
Diantara ketergelinciran banyak manusia dari jalan Allah Swt adalah jauhnya mereka dari petunjuk Allah Swt. Mereka bagaikan orang-orang yang berada di sebuah lautan luas tanpa mengetahui arah mana yang harus ditempuhnya. Akibatnya mereka tidak akan pernah sampai kepada tujuannya bahkan hidup mereka hanya diombang-ambingkan oleh badai dan ombak di lautan tersebut sambil menunggu akan datangnya pertolongan atau maut menjemputnya.
Orang yang menghafal al qur’an telah memiliki petunjuk dan arahan itu, yang manakala mereka berpegang dan komitmen dengannya maka ia pasti akan sampai kepada tujuan yang diharapkan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah Swt :

وهدى ورحمة للمؤمنين
“(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang mukmin” 
(QS. Yunus : 57)

Orang yang berpegang kuat dengan al qur’an bagai seorang yang telah memiliki cahaya untuk dia bisa berjalan di tengah kegelapan yang pekat, sebagaimana firman-Nya :

أو من كان ميتا فأحييناه وجعلنا له نورا يمشي به في الناس كمن مثله في الظلمات ليس بخارج منها كذلك زين للكافرين ما كانوا يعملون

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memnadang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am : 122)

Ads not by this site
Makna cahaya di dalam ayat tersebut adalah al qur’an sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir di dalam tafsirnya. Dengan cahaya itu, ia mengetaui bagaimana melintasi jalanan yang gelap itu agar tidak mendapatkan kecelakaan dan selamat sampai di tujuan.


4.Bekal Perubahan Diri dan Masyarakat
Kita menyaksikan di dalam sejarah perjalanan umat ini yang terdiri dari orang-orang mulia dan para pejuang perubah dunia yang mampu menorehkan sebuah peradaban paling unggul dari semua peradaban yang pernah ada di muka bumi ini. Mereka adalah para sahabat ra. suatu generasi terbaik yang tidak pernah ada yang menyamainya sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Allah dan Rasul-Nya secara tegas dan terang menyebutkan mereka sebagai umat terbaik “khairu ummah” di dalam surat Ali Imran ayat 110.

كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran :” 110)

“Sebaik-baik generasi adalah generasi saat aku diutus di dalamnya, kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka.” (HR. Abu Dawud)

Mereka adalah pribadi-pribadi qur’ani yang senantiasa mengucurkan air mata tatkala membaca al qur’an di shalat-shalat malam mereka dan tatkala bermunajat dan beristighfar di ujung-ujung malam mereka. Namun sifat-sifat itu semua tidaklah menjadikan mereka lemah di siang hari di dalam mencari karunia Allah yang telah disebarkan di sekitar mereka.

Tatkala datang waktu-waktu jihad di jalan Allah mereka adalah orang-orang yang sangat antusias menyambutnya karena di situlah ditanamkan puncak cita-cita mereka yaitu mendapatkan syahid di jalan-Nya. Mereka menerjang musuh-musuh dan para penentang Allah bak singa-singa lapar yang siap menerkam mangsanya.

“Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (al qur’an) dan menghinakan yang lain” (HR. Muslim)

Demikianlah beberapa pengaruh penghafalan dan pemeliharaan al qur’an di dalam pembentukan diri setiap para penghafal atau pemeliharanya. Mereka menjadi orang-orang yang paling berbahagia di dunia diantara semua makhluknya sebagaimana kebahagiaan akhirat kelak yang akan mereka dapatkan berupa derajat yang tinggi dan surga Allah Swt.
“Dikatakan kepada para pembaca al qur’an , “Maka sesungguhnya kedudukan kamu pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Tirmidzi)

“Dari Aisyah, dan barangsiapa yang masuk surga kalangan ahli al qur’an maka tidaklah ada satu derajat pun diatasnya” Al Hakim mengatakan bahwa sanadnya shahih.


D.     KEUTAMAAN MENGHAFALKAN AL-QURAN

Diantara keutamaan-keutamaan dari mengahafal Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:
1.      Orang yang hafal Al-Qur’an itu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Al-Ankabut ayat 48-49:
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ ﴿٤٨﴾ بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (العنكبوت:٤٩)
Artinya:"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu). (48) Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim". ( 49)
2.      Hafal Al-Qur’an menjadi sumber keselamatan dunia dan akhirat. Hadits Nabi menjelaskan:
عن أبي الدرداء رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : (( مَنْ حَفَظَ عَشْرَ آَيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الكَهْفِ عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ )) . في رواية : ((من آخر سورة الكهف)
Artinya:”Dari Abu Darda RA. sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:”Barangsiapa yang hafal 10 ayat awal dari surat Al-Kahfi niscaya dia akan dijaga dari  fitnah Dajjal”. Dalam riwayat lain: ( 10 akhir surat Al-Kahfi).
Ayat diatas, menjelaskan bahwa orang yang hafal 10 awal atau akhir dari surat Al-Kahfi akan diselamatkan dari fitnah yang terbesar di dunia yaitu fitnah Dajjal. Maka jelas orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu dijaga dan diselamatkan oleh Allah dari segala kejelekan-kejelakan manusia, Apalagi kalau sampai hafal Al-Qur’an 30 juz.
Orang hafal Al-Qur’an akan selamat dari api neraka. Sebagaimana hadits Nabi:
لَوْ جَعَلَ القُرْآَنَ فِي إِهَابٍ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ مَا احْتَرَقَ) رواه أحمد . ويقول أبو أمامة : ( اِقْرَأُوْا القرآن وَلَا تَغَرَّنَكُمْ هَذِهِ المَصَاحِفُ المُعَلَّقَةُ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ قَلْبًا وعى القرآن.
Artinya:”Seandainya Al-Qur’an ini dibuat dari kulit kemudian dilemparkan (kulit tersebut) ke dalam api neraka niscaya tidak akan terbakar”.(H.R.Ahmad) dan Abu Umamah berkata:”Bacalah Al-Qur’an dan sungguh mushaf-mushaf Al-Qur’an yang menggantung pada hatimu tidak akan menipumu, karena Allah tidak akan menyiksa hati yang tersimpan di dalamnya ayat Al-Qur’an”.
3.      Orang yang hafal Al-Qur’an itu berada di barisan paling depan/paling dahulu di dunia dan akhirat. Sebagaimana hadits Nabi SAW. yang berbunyi:
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أَقْوَامًا ، وَيَضَعُ بِهِ آَخَرِيْنَ.)
Artinya:”Dari Umar bin Khattab R A., sesungguhnya Nabi SAW. bersabda:”Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an ini, dan merendahkan yang lainnya”.
4.      Orang yang hafal Al-Qur’an itu memperoleh derajat tinggi di syurga. Sesuai hadits Nabi SAW.:
عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ، قال : قال رسول الله : (( يُقَالُ لِصَاحِبِ القُرْآَنِ اِقْرَأ وَاَرَقُّ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا ، فَإِنْ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آَخِرَ آَيَةٍ تَقْرَؤُهَا ((.
Artinya:”Dari Abdullah bin ‘Amru bin Ash RA. berkata:”Rasulullah SAW. bersabda:”Dikatakan kepada orang yang hafal Al-Qur’an, bacalah Al-Qur’an! lembutkanlah!, dan bacalah dengan tartil, sebagaimna kamu melakukannya ketika di dunia, karena kedudukanmu (di akhirat) di akhir ayat yang kamu baca”.
Dalam hadits lain dijelaskan:
المَاهِرُ بِالقُرْآَنِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ القرآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ ، لَهُ أَجْرَانِ.
Artinya:”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia (di syurga) dan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata ketika membacanya, dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala”.
5.      Al-Qur’an akan memberikan syafaat di hari kiamat bagi orang yang membaca, menghafal dan mengamalkannya. Sebagaimana hadits Nabi:
اِقْرَأُوْا القُرْآَنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ شّفِيْعاً لِأَصْحَابِهِ.
Artinya:”Bacalah Al-Qur’an karena dia akan menjadi syafat (penolong) di hari kiamat bagi orang yang membacanya”.
6.      Orang yang hafal Al-Qur’an akan diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan kedua orang tuanya dipakaikan pakaian yang tidak ada di dunia. Dalam hadits dijelaskan:
 ... وَإِنَّ القُرْآَنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ القيامةِ – حِيْنَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرَهُ – كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ ، فَيَقُوْلُ لَهُ : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول له : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول : أَنَا صَاحِبُكَ القُرْآَنُ ، الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الهَوَاجِرِ ، وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ . وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ ، وَإِنَّكَ اليَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارّةٍ . فَيُعْطِى المُلْكَ بِيَمِيْنِهِ ، واَلخُلْدَ بِشِمَالِهِ ، وَيُوْضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوِقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يَقُوْمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا ، فيقولان: بمِاَ كَسَيْنَا هَذِهَ ؟ فيقال : بِأَخْذِ وَلِدِكُمَا القُرْآن . ثم يقال له : اِقْرَأْ ، وَاصْعَدْ فِي دَرَجَةِ الجَنَّةِ وَغُرَفِهَا ، فَهُوَ فِي صُعُوْد مَا دَامَ يَقْرَأُ هَذَا كَانَ أَوْ تَرْتِيْلاً((
Artinya: … dan sesungguhnya Al-Qur’an akan menemui orang yang membacanya pada hari kiamat – ketika itu kuburannya dicium – seperti orang yang pucat, kemudian Al-Qur’an itu berkata kepadanya: “Apakah kamu mengenaliku?” Dia menjawab:” Aku tidak mengenalimu”. Kemudian bertanya lagi kepadanya:” Apakah kamu mengenaliku?”. Dia menejawab lagi:”Aku tidak mengenalimu”. Lalu Al-Qur’an itu berkata:”Aku temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu haus pada siang hari, dan membuatmu tidak tidur malam, dan sesungguhnya setiap pedagang di belakang dagangannya, dan hari ini kamu  berada di belakang setiap dagangan, di berikan kerajaan di sebelah kanannya, kehidupan kekal di sebelah kirinya, diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan dipakaikan kedua orang tuanya pakaian yang tidak ada di dunia. Kemudian kedua orang tuanya berkata:”Kenapa kami memakai pakaian ini?” dikatakan kepada keduanya:” Karena anakmu yang selalu mengambil Al-Qur’an untuk dibaca, dan dikatakan kepadanya:”Bacalah! Dan naiklah sampai kedudukan yang tinggi di syurga, yaitu berada diatas selama kamu membacanya dengan tartil”.
7.      Orang yang hafal Al-Qur’an menikah tanpa maskawin (maskawinnya Al-Qur’an). sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سِعْدٍ السَّاعِدِي  قَالَ : جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِيْ. فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلىَ الله عليه وسلَم فَصَعَدَ النَّظْرَ فِيْهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ فَلَمَّا رَأَتِ المَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيْهَا شَيْئًا جَلَسَتْ . فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ يَا رسولَ اللهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيْهَا . قَالَ : فَهَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَقَالَ اِذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ؟ فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ لاَ وَاللهِ مَا وَجَدْتُ شَيْئًا . فَقَاَل رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اُنْظُرْ وَلَوْ خَاتَماً مِنْ حَدِيْدٍ . فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يا رسول الله وَلَا خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ ، وَلَكِنْ هَذاَ إِزَارِيْ [قَالَ سَهَل : مَالَهُ رِدَاءٌ ] فَلَهَا نِصْفُهُ . فَقَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : وَمَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسَهُ قَامَ ؟ فَرَآهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا فَأَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ فَلَمَّا جَاءَ قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ القُرْآَنِ ؟ قَالَ : مَعِيْ سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَةُ كَذَا وَعَدَدُهَا . فقال : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ . قَالَ : نَعَمْ. قَالَ اِذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ )) وَفِي رِوَايَةٍ ( اِذْهَبْ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا فَعَلِّمْهَا مِنَ القُرَآن
Artinya:” Dari Sahal bin Sa’ad As-Saa’idi berkata:”Seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW. lalu dia berkata:”Ya Rasul aku datang menyerahkan diriku kepadamu, kemudian Rasul memperhatikannya, dan menaikkan pandangannya, lalu beliau menundukkan kepalanya, ketika wanita itu memperhatikan bahwa beliau tidak memutuskan apa-apa, dia langsung duduk. Kemudian berdiri seorang laki-laki dari sahabat beliau seraya berkata: apabila engkau tidak ada keinginan kepada wanita tersebut maka nikahkanlah aku dengannya! Lalu Rasul bertanya:”Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk maskawin)?”. Dia menjawab:”Demi Allah aku tidak punya apa-apa”. Lalu beliau menyuruh untuk pergi ke keluarganya, apakah keluarganya mempunyai sesuatu? kemudian dia pergi, tidak lam kemudian kembali dan berkata: saya tidak menemukan apa-apa. Beliau berkata: coba lihat lagi, walaupun hanya cincin besi? Lalu dia pergi lagi dan segera kembali seraya berkata: demi Allah ya Rasul tidak aku ketemukan sesuatu apapun. Tetapi aku hanya punya sarung. Sarung ini dibagi dua dengannya. Lalu beliau berkata:”Apa yang kamu pakai kalau sarung itu dipakai olehnya kamu tidak mempunyai apa-apa? Kemudian laki-laki itu duduk lama lalu berdiri lagi. Rasul memanggilnya, kemudian dia menghampiri beliau, lalu beliau berkata:”Apa yang kamu hafal dari Al-Qur’an?”. Saya hafal surat…. Sampai ayat…..kemudian beliau berkata:”Bacalah ayat tersebut dengan dihafal!” Beliau menjawab:”Ya Rasul”. Beliau berkata lagi:”Pergilah bersama wanita itu, aku telah menikahkannya dengan kamu bersama maskawin bacaan Al-Qur’an yang kamu hafal”. Dalam riwayat lain:”Pergilah dengan wanita itu! lalu ajarkanlah dia Al-Qur’an”.
8.      Menolong ilmu dengan menghafalnya. Jadi, orang yang hafal Al-Qur’an itu orang yang memuliakan ilmu Al-Qur’an, maka Allah Akan meninggikan derajatnya sebagaimana orang-orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT.:
يرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ...(المجادلة:١١)
9.      Hafal Al-Qur’an akan menguatkan ingatan. Allah berfirman:
قال تعالى : وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ )البقرة: ٢٨٢)
10.  Orang yang hafal Al-Qur’an dapat dibedakan dari Akhlak dan budi pekertinya.
11.  Hafal Al-Qur’an dapat meluruskan lidah, membuat lidah fasih dalam berbicara. karena Al-Qur’an ini kitab Allah yang paling balaghoh.
12.  Menghafal Al-Qur’an itu meneladani Rasulullah SAW.
13.  Meneladani Ulama salaf.
14.  Hafalan Al-Qur’an akan memberikan kemudahan bagi semua orang.
15.  Orang yang hafal Al-Qur’an akan diberikan kemudahan untuk mencapai kesuksesan oleh Allah SWT.
16.  Orang yang hafal Al-Qur’an itu termasuk Ahlullah (keluarga Allah).
17.  Orang yang Hafal Al-Qur’an itu berhak mendapatkan kemulian dari Allah.
18.  Tidak dikatakan iri kepada orang yang hafal Al-Qur’an, akan tetapi ghibtoh .
19.  Orang yang hafal dan mempelajari Al-Qur’an itu lebih baik dari perhiasan dunia.
20.  Orang yang hafal Al-Quran yaitu orang yang paling banyak membaca Al-Qur’an, maka otomatis banyak pahala yang ia peroleh.
21.  Orang yang hafal Al-Quran selalu membacanya setiap saat.
22.  Orang yang hafal Al-Quran tidak akan kesulitan untuk berbicara, berceramah dan belajar. Karena lidahnya sudah terbiasa mengucapkan Al-Qur’an dan selalu ada dalam hatinya.



BAB IV
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Untuk mengembangkan kecerdasan spritual di masyarakat Wajo terkhusus pada anak-anak dan remaja adlaah dengan cara menghafalkan Al-Quran. Dengan menghafalkan AL-Quran sikap dan perilaku para pemuda akan tejaga dari arus budaya barat yang sangat pesat. Oleh sebab itu dengan adanaya gerakan Waho Mneghfal bertukuan untuk mengembangan kecerdasan spritual pada pemuda agar tidak terjerumus ke arah negatif, dan tetap pada koriddor islam

B.     SARAN
Sebagai pemegang estafet penentuk kemajuan dan keberhasilan bangsa Indonesia,seharusnya sebagai pemuda harus terus berpegang teguh kepada AL-Quran.

C.     DAFTAR PUSATAKA


Related Posts: