PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI GERAKAN
WAJO MENGHAFAL
KARYA TULIS ILMIAH
ASRUL JAYA
9962593811
SMAN 3 SENGKANG UNGGULAN
KABUPATEN WAJO
2013/2014
PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI GERAKAN
WAJO MENGHAFAL
KARYATULIS
ILMIAH
Ditulis
sebagai tugas mata pelajaran bahasa Indonesia untuk uji kompetensi psikomotorik
menulis untuk tugas terkahir pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
SMAN 3 SENGKANG UNGGULAN
KABUPATEN WAJO
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT,
karena atas pertolongan Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa sholawat serta
salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat,
semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa
Indonesia yang berjudul :“PENGEMBANGAN KECERDASAN SPRITUAL MELALUI GERAKAN WAJO MENGHAFAL”
Untuk menyelesaikan karya tulis ini adalah suatu hal yang
mustahil apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak A.Walinono S.pd.M,pd yang telah
membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan
2. Kedua orang tua
saya yang telah mensuppor say
3. Teman-teman XII.IPA 1
Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi semua pihak dan bila terdapat kekurangan dalam pembuatan laporan ini
penulis mohon maaf, karena penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan.
Sengkang,10 Februari 2014Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN
JUDUL ii
KATA
PENGANTAR iii
DAFTAR
ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 2
C.
Tujuan 3
D.
Manfaat 4
BAB
II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 5
A.
Landasan Teori 5
B.
Kerangka Pikir 6
BAB III PEMBAHASAN 7
A. Cara Mengembangkan Kecerdasan Spiritual 8
B. Arti Gerakan Wajo Menghafal
C. Pengaruh Al-Quran Dalam Diri dan Masyarakat
D.
Keutamaan
Menghafalkan Al-Quran
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kota
wajo adalah kota yang mendapatkan predikat sebagai kota santri. Namun
akhir-akhir ini perkembangan
teknologi dan informasi ini telah mengubah pola pikir masyarakat khususnya
generasi muda.Tentu hal ini akan membawa dampak positif maupun negative pada generasi
muda khususnya pada Negara berkembang seperti Indonesia. Namun faktanya dampak
negative yang timbul kini lebih banyak akibat penyalahgunaan dari perkembangan
teknologi, hal ini
didukung oleh kemerosoton moral yang telah menimpa kaum penerus agama dan
bangsa, terkhusus kepada para pemuda Wajo. Apalagi
di tambah dengan maraknya aksi korupsi di kalanagan para pejabat alias sang
raja yang bisa dikatan sebagai kawanan hitam yang akan merusak moral bangsa
Indonesia. Hal ini tentu sangat
merugikan. Oleh karena itu untuk
mennaggulangi
kemorosotan moral masyarakat Sengkang salah satunya adalah adalah dengan mengembangkan kecerdasan spritual para pemuda melalui
gerakan menghafalkan Al-Quran. Dengan
Al-Qur’an, kita dapat mengetahui segala yang baik dan yang buruk. Melalui Al-Qur’an, kita bisa memahami
yang haq dan yang batil. Melalui
Al-Qur’an pula, kita mampu mengerti terhadap segala hal yang diridhai dan yang
dibenci oleh Allah Swt. Inilah yang menjadi alasan sehingga Al-Qur’an begitu
vital bagi kehidupan seluruh umat muslim
Masalah
:
1.
Bagaimana
cara mengembangkan
kecerdasan spritual di
masyarakat Wajo
khususnya para penerus bangsa
2.
Apa itu Gerakan Wajo Menghafal
3.
Apa pengaruh Al-Quran di dalam diri dan masyarakat
4.
Apa keutamaan menghafalkan Al-Quran
Tujuan :
1.
Untuk
mengetahui
cara meningkatkan nilai
spritual masyarakat wajo terkhusus para penerus bangsa
2.
Untuk mengetahui arti Gerakan Wajo Menghafal
3.
Untuk mengetahui pengaruh Al-Quran di dalam diri dan masyarakat
4.
Untuk mengetahui keutamaan menghafalkan Al-Quran
Manfaat :
1.
Mampu
mengembalikan predikat Wajo menjadi Kota Santri
2.
Mampu
meningkatkan
nilai spritual masyarakat Wajo
BAB II
LANDASAN
TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A.
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kecerdasan Spritual
Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual
tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah
yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh
para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir
menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan
yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu,
kemampuan menangani situasi-situasi baru.
Sementara itu Mimi Doe & Marsha Walch
mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri,
nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah
dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non
fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang
menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan
sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin,
mental, moral.
Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut
kerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi
dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan.
Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan
semesta.
Menurut Tony Buzan
kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan
segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara
menyeluruh”. Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey
adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi
sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili
kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.
Zohar dan Marshal
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari
pada yang lain. Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan
sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya
sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus
mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang
besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai
kebahagiaan yang abadi.
Menurut Stephen R. Covey, kecerdasan spiritual,
yang lazim disebut SQ (spiritual quotient)adalah pusat paling mendasar
di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya.
Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak
terbatas. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang
untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk
menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupannya. Kecerdasan intelektual, di samping kecerdasan emosional, memang menentukan keberhasilan seseorang. Tapi kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi yang menentukan bukan saja kesuksesan, melainkan juga kebahagiaan seseorang. Kecerdasan spiritual membangkitkan kesadaran kita sebagai manusia yang berguna bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita, yang tidak tumbuh dengan sendirinya ketika dewasa, tetapi harus dipupuk, dibangkitkan dan distimuli semenjak dini supaya menjadi pribadi unggul.
Kecerdasan spiritual mampu mengoptimalkan kerja kecerdasan yang lain. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berpikir optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati dan potensi kamanusiaan tidak cukup hanya dengan IQ dan EQ, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia
yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk
hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia
dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
2.
Ciri-ciri kecerdasan
spiritual
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi
penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu
kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat
keterkaitan antara berbagai hal, mandiri dan membuat seseorang mengerti akan
makna hidupnya. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2001) dan Sinetar (2001), kecerdasan spiritual memiliki enam ciri:
1. Mempunyai kesadaran diri mendalam, sehingga bisa
menyadari situasi dan kondisi yang datang dan menanggapinya dengan positif.
2. Mempunyai visi dan memahami tujuan hidup, sehingga kualitas hidupnya diilhami oleh visi dan nilai-nilai kebaikan yang dianutnya.
3. Mampu bersikap fleksibel secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, berpandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan) dan efisien tentang realitas.
4. Berpandangan holistik, yang melihat keterkaitan peristiwadalam berbagai hal sebagai suatu rencana yang indah dari Tuhan di dalam kehidupannya.
5. Mampu melakukan perubahan dalam bidang-bidang kehidupan yang ditekuninya, tanpa harus menjatuhkan orang lain.
6. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai gagasan-gagasan yang segar, unik dan spektakuler.
7. Mampu melakukan refleksi diri dan memilah-milah mana yang menjadi prioritas dalam hidupnya.
Komponen kecerdasan spiritual
Dr. H. Arief Racman, M.Pd. menggambarkan SQ sebagai kecerdasan yang terdiri dari lima komponen:
1. Kecerdasan meyakini Tuhan sebagai Penguasa, Pelindung dan Pemaaf, dan kita percaya kehadiran Yang Maha Kuasa serta penyertaan-Nya di dalam kehidupan kita.
2. Kemampuan untuk bekerja keras, minta bimbingan Tuhan, yang mendorong seseorang memiliki etos kerja yang tinggi dan berusaha sungguh sungguh melakukan berbagai aktivitasnya.
3. Kemampuan dan kemauan untuk kokoh untuk melakukan ibadah setiap hari kepada Sang Khalik secara disiplin, taat dan berkesinambungan.
4. Kemampuan untuk sabar dan bertahan dalam berihktiar supaya tidak mudah putus asa dan menyerah dalam menghadapi kesulitan demi kesulitan.
5. Menerima keputusan terakhir dari Tuhan, segala sesuatu yang terjadi atas seizin dan sepengetahuan Tuhan, sehingga hal ini mendatangkan ketenangan hidup.
Dengan lima komponen itu akan terbentuk manusia yang bermental pemenang, mau
bekerja keras dan tak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan, namun tepat
menempatkan diri dalam posisi sebagai hamba yang tunduk dan patuh kepada Tuhan.
Orang yang memiliki kualitas kecerdasan spiritual yang tinggi tidak hanya
mengandalkan rasio dan emosi saja saat menghadapi persoalan hidup, ia akan
merujuk kepada hal-hal yang spiritual, seperti ayat-ayat Kitab Suci, perkataan
orang saleh maupun nasihat-nasihat yang baik. (Herry P. Jonathan) 2. Mempunyai visi dan memahami tujuan hidup, sehingga kualitas hidupnya diilhami oleh visi dan nilai-nilai kebaikan yang dianutnya.
3. Mampu bersikap fleksibel secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, berpandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan) dan efisien tentang realitas.
4. Berpandangan holistik, yang melihat keterkaitan peristiwadalam berbagai hal sebagai suatu rencana yang indah dari Tuhan di dalam kehidupannya.
5. Mampu melakukan perubahan dalam bidang-bidang kehidupan yang ditekuninya, tanpa harus menjatuhkan orang lain.
6. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai gagasan-gagasan yang segar, unik dan spektakuler.
7. Mampu melakukan refleksi diri dan memilah-milah mana yang menjadi prioritas dalam hidupnya.
Komponen kecerdasan spiritual
Dr. H. Arief Racman, M.Pd. menggambarkan SQ sebagai kecerdasan yang terdiri dari lima komponen:
1. Kecerdasan meyakini Tuhan sebagai Penguasa, Pelindung dan Pemaaf, dan kita percaya kehadiran Yang Maha Kuasa serta penyertaan-Nya di dalam kehidupan kita.
2. Kemampuan untuk bekerja keras, minta bimbingan Tuhan, yang mendorong seseorang memiliki etos kerja yang tinggi dan berusaha sungguh sungguh melakukan berbagai aktivitasnya.
3. Kemampuan dan kemauan untuk kokoh untuk melakukan ibadah setiap hari kepada Sang Khalik secara disiplin, taat dan berkesinambungan.
4. Kemampuan untuk sabar dan bertahan dalam berihktiar supaya tidak mudah putus asa dan menyerah dalam menghadapi kesulitan demi kesulitan.
5. Menerima keputusan terakhir dari Tuhan, segala sesuatu yang terjadi atas seizin dan sepengetahuan Tuhan, sehingga hal ini mendatangkan ketenangan hidup.
3.
Perkembangan
Spiritual
a.
Pengertian Spiritualitas
Kata spiritualitas berasal dari bahasa inggris yaitu
spirituality, kata dasarnya spirit yang berarti roh, jiwa, semangat (Echols dan
Shadily, 1997). Kata spirit sendiri berasal dari kata latin spiritus yang
berarti luas atau dalam (breath), keteguhan hati atau keyakinan (courage),
energi atau semangat (vigor), dan kehidupan (Ingersoll, 1994). Kata sifat
spiritual berasal dari kata latin spiritualis yang berarti of the spirit
(kerohanian). Ingersoll (1994) mengartikan spiritualis sebagai wujud dari
karakter spiritual, kualitas, atau sifat dasar.
Menurut Aliah B. Purwakania Hasan (2006), spiritualitas
memiliki ruang lingkup dan makna pribadi yang luas, hanya saja spiritualitas
dapat dimengerti dengan membahas kata kunci yang sering muncul ketika
orang-orang menggambarkan arti spiritualis bagi mereka. Dengan mengutip hasil
penelitian Martsolf dan Mickley, Aliah B. Purwakania Hasan menyebutkan beberapa
kata kunci yang bisa dipertimbangkan, yaitu:
1)
Meaning (makna)
2)
Values (nilai-nilai)
3)
Transcendence (transendensi)
4)
Connecting (bersambung)
5)
Becoming (menjadi)
b.
Spiritualitas dan Religiusitas
Agama memang tidak mudah untuk didefinisikan secara tepat,
karena agama mengambil bentuk bermacam-macam diantara suku-suku dan
bangsa-bangsa di dunia. Secara etimologi, religion (agama) berasal dari bahasa
latin religio, yang berarti suatu hubungan antara manusia dan Tuhan. Berbeda
dengan agama, spiritualitas lebih banyak melihat aspek dalam lubuk hati, riak
getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang bagi banyak orang lain
merupakan misteri, karena intimitas jiwa. Dalam ini, spiritualitas mencakup
citra rasa totalitas kedalam pribadi manusia.
Istilah spiritulitas dan religius sering kali dianggap sama,
namun banyak pakar yang menyatakan keberatannya jika kedus istilah ini
dipergunakan saling silang. Spiritualitas adalah kesadaran tentang diri, dan
kesadaran individu tentang aasl, tujuan dan nasib. Agama adalah kebenaran
mutlak dari kehidupan yang memiliki manifestasi fisik di atas dunia. Agama
memiliki kesaksian iman, komunitas, dan kode etik. Dengan kata lain,
spiritualitas memberikan jawaban siapa dan apa orang itu (keberadaan dan
kesadaran), sedangkan agama memberikan jawaban apa yang harus dikerjakan
seseorang (perilaku atau tindakan).
Spiritualitas
dalam Psikologi Humanistik
Teori
ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa tingkah laku manusia
sema-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori ini melihat
manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reaktor terhadap insting
atau tekanan lingkungan. Teori ini berfokus pada pentingnya pengalaman disadari
yang bersifat subjektif dan self-direction.
c.
Spiritualitas dalam Psikologi
Transpersonal
Psikologi transpersonal sebenarnya merupakan kelanjutan atau
lebih tepatnya pengembangan dari psikologi humanistik. Ada dua unsur yang
menjadi perhatian psikologis transpersonal, yaitu potensi-potensi luhur (the
highest potentials) dan fenomena kesadaran (state of consciousness) manusia.
Denagn kata lain, psikologi transpersonal menfokuskan perhatian pada dimensi
spiritual dan pengalaman-pengalaman rohaniah manusia.
d.
Dimensi-mimensi Spiritualitas
Meskipun para peneliti tentang spiritual yang sehat mencatat
bahwa spiritual harus dipahami dalam miltidimensional, namun Ingersoll (1994)
menggambarkan spiritualitas dalam tujuh dimensi, yaitu:
1)
Makna (meaning)
2)
Konsep tentang ketuhanan (conception
of divinity)
3)
Hubungn (relationship)
4)
Misteri (mystery)
5)
Pengalaman (experience)
6)
Perbuatan atau permainan (play)
7)
Intregrasi (intregration)
Berbeda
dengan Ingersoll, Burkhardt (dalam Achir Yani s Hamid, 2000), menyebutkan empat
dimensi spiritualitas, yaitu:
1)
Berhubungan dengan sesuatu yang
tidak diketahui atau tidakkepastian dalam kehidupan.
2)
Menentukan arti atau makna hidup.
3)
Menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalm diri sendiri.
4)
Mempunyai perasaan keterkaitan
denagn diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Tinggi.
e.
Teori Perkembangan Spiritual Fowler
Dalam teorinya, Fowler mengusulkan tahap perkembangan
spiritual dan keyakian yang dibangun atas dasar teori-teori perkembangan dari
Erikson, Piaget, Kohlberg, Perry, Gillingan, dan Levinson. Fowler bahwa
spiritualitas dan kepercayaan dapat berkembang hanya dalam lingkup perkembangan
intelektual dan emosional yang dicapai oleh seseorang. Ketujuh tahap perkembangan
agama itu adalah:
1.
Primal faith
2.
Intuitive-projective faith
3.
Mythic-literal faith
4.
Synthetic-conventional faith
5.
Individuative-reflective faith
6.
Conjuctive faith
7.
Universaling faith (Dacey dan Kenny,
1997)
a.
Karakteristik Perkembangan
Spiritualitas Anak Usia Sekolah
Menurut Fowler (dalam Muhammad Idrus, 2006), pada tahap ini
sesuai denagn tahap kognitifnya, anak daapat baerfikir logis dan mengatur dunia
dalam katagori-katagori yang baru.
b.
Karakteristik Perkembangan
Spiritualitas Remaja
Keyakinan agama pada remaja telah mengalami perkembangan
yang cukup berarti. Kalau pada masa awal kank-kanak ketika mereka baru memiliki
kemampuan berfikir simbolik Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di
awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang
lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.
c.
Implikasi Perkembangan Moral dan
Spiritual terhadap Pendidikan
Berikut ini akan dikemukakan beberapa stategi yang mungkin
dapat dilakukan guru di sekolah dalam membantu perkembangan moral dan spiritual
peserta didik :
1.
Membeikan pendidikan moral adan
keagamaan melalaui kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yakni sekolah
menjadi atmosfer moral dan agama secara keseluruhan.
2.
Memberikan pendidikan moral langsung
(direct moral education) yakni pendidikan moral dengan pendekatan pada nilai
dan juga sifat selama jangka waktu tertentu atau menyatukan nilai-nilai dan
sifat-sifat tersebut ke dalam kurikulum.
3.
Memberikan pendekatan moral melalui
pendekatan klarifikasi nilai (values clarification) yaitu pendekatan pendidikan
moral tidak langsung yang berfokus pada upaya menbantu siswa untuk memperoleh
kejelasan mengenai tujuan hidup mereka dan apa yang berharga untuk dicari.
4.
Menjadikan pendidikan wahana yang
kondusif bagi peserta didik untuk menghayati agamanya, tidak hanya bersifat
teoritis, tetapi penghayatan yang benar-benar dikontruksi dari pengalaman
keberagamaan.
5.
Membantu peserta didik mengembangkan
rasa ketuhanan melalui pendekatan spiritual parenting, seperti:
§ Memupuk hubungn kadar anak dengan
Tuhan melelui doa setiap hari.
§ Menanyakan kepada anak bagaimana
Tuhan terlibat dalam aktivitasnya sehari-hari.
§ Memberikan kesadaran kepada anak
bahwa Tuhan akam membimbing kita apabila kita meminta.
4.
Pengertian
menghafal Al-Quran
Menurut
etimologi, kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab
dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga
dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto berarti
menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
Dalam
terminologi, istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha
meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas
menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat
kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan
proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat
diingat kembali ke alam sadar.
Ads
not by this site
Menghafal
yang dimaksud penulis, adalah menghafal al-Quran yaitu menghafalkan semua surat
dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat mengucapkan dan
mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut,
sebagai aplikasi menghafal al-Quran.
Menghafal
al-Quran merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan
al-Quran dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian al-Quran baik
dari tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya.
3.
Pengertian
Gerakan Wajo menghafal
Gerakan Wajo menghafal
adalah gerakan untuk mengembangkan kecerdasan spritual terkhusus masyarakat
Wajo. Gerakan Wajo menghafal hadir dikarenakan oleh situasi dan kondisi saat
sekarang ini. Terutama pada kalangan anak-anak serta remaja.
4.
KERANGKA PIKIR
Pengembangan
kecerdasan spritual terutama pada masyarakat sangatlah perlu, hal ini
dikarenakan faktayang terjadi sekarang ini, remaja dan anak-anak cenderung
meniru budaya dan perilaku orang luar negeri yang cenderung ke arah negatif
serta bertentangan dengan ajaran islam. Pengembangan spiritual pada masyarakat
Wajo dimulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa. Salah satu cara untuk
mengembangkan spritual adalah dengan Menghafalkan Al-Quran. Dengan menghalakan
Al-Quran dapat merubah pola pikir penerus bangsa terutama anak-anak dan remaja
supaya tidak meniru budaya barat, serta tidak berperilaku negatif yang dapat
merusak moral bangsa. Untuk itu dengan gerakan Wajo Menghafal diharapkan dapat
mengembangankan dan meningkatkan kecerdasan spiritual masyarakat Wajo
BAB III
PEMBAHASAN
A. Cara mengembangkan kecerdasan spritual
1. Seringlah melakukan mawas diri dan perungan
tentang diri sendiri,kaitan hubungan dengan orang lain, dan peristiwa yang
dihadapi untuk mehamami makna dari setiap peristiwa yang dihadapi untuk
memahami makna darisetiap peristiwa yang terjadi.
2. Kenali tujuan hidup, tangung jawab dan kewajiban. Dalam hidup kita.jika segalanya mudah, lancar dan membahagiakan, berarti tujuan hidup cocok. Sebaiknya bila banyak rintangan dan kegagalan berarti tidak cocok.
3. Tumbuhkan kepedulian,kasih sayang dan kedamaian.
4. Pekakan diri terhadap bisikan, inspirasi dan intuisi.Inilah proses'channelling'dengan tuhan. Datangnya sering bersifat simbolik ,terkadang tidak linear.
5.Ambil hikmah dari segala perubahan maupun penderitaan sebagai jalan untuk peningkatan mutu kehidupan kita.
6.Kembangkan tim kerja dan kemitraan, yang saling asah dan saling asuh.
7.Belajarlah melayani dengan sikap rendah hati di hadapan tuhan dan sesama.
2. Kenali tujuan hidup, tangung jawab dan kewajiban. Dalam hidup kita.jika segalanya mudah, lancar dan membahagiakan, berarti tujuan hidup cocok. Sebaiknya bila banyak rintangan dan kegagalan berarti tidak cocok.
3. Tumbuhkan kepedulian,kasih sayang dan kedamaian.
4. Pekakan diri terhadap bisikan, inspirasi dan intuisi.Inilah proses'channelling'dengan tuhan. Datangnya sering bersifat simbolik ,terkadang tidak linear.
5.Ambil hikmah dari segala perubahan maupun penderitaan sebagai jalan untuk peningkatan mutu kehidupan kita.
6.Kembangkan tim kerja dan kemitraan, yang saling asah dan saling asuh.
7.Belajarlah melayani dengan sikap rendah hati di hadapan tuhan dan sesama.
Jangan menyerah pada kesulitan! SQ
mampumentransfortasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan
pendidikan spritual yang bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang
karena belajar dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.
Menurut Abdul Wahid Hasan (2006:85-91) langkah-langkah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
adalah sebagai berikut:
- Merenungkan secara mendalam persoalan-persoalan hidup yang terjadi, baik di dalam diri sendiri, termasuk di luar diri sendiri.
- Melihat kenyataan-kenyataan hidup secara utuh dan menyeluruh, tidak terpisah.
- Mengenali motif diri. Motif atau tujuan (niat) yang kuat akan memiliki implikasi yang kuat pula bagi seseorang dalam mengarungi kehidupan.
- Merefleksikan dan mengaktualisasikan spiritualitas dalam penghayatan hidup yang konkrit dan nyata.
- Merasakan kehadiran yang begitu dekat, saat berzikir, berdoa dan dalam aktivitas yang lain.
B.
ARTI GERAKAN WAJO MENGAHAFAL
GERAKAN WAJO MENGHAFAL adalah
C.
PENGARUH AL-QURAN DI DALAM DIRI DAN MASYARAKAT
Keterikatan Seorang Muslim dengan Al
Qur’an
Sesungguhnya
kehidupan seorang muslim tidaklah bisa dilepaskan daripada al qur’an karena
keimanannya kepada Allah menuntutnya beriman pula kitab-kitab-Nya termasuk di
dalamnya al qur’an al karim. Indikator kekuatan iman seseorang kepada Allah Swt
bisa dilihat dari interaksinya dengan al qur’an. Semakin sering seseorang
berinteraksi dengannya maka semakin kuat hubungan dan keimanannya kepada Allah
Swt.
Hal lain
yang menunjukkan keharusan setiap muslim untuk senantiasa terikat dan
berinteraksi dengan al qur’an adalah bahwa al qur’an merupakan referensi
pertama umat ini. Artinya bahwa ketika seorang muslim menjauh atau membelakangi
al qur’an maka bisa dipastikan bahwa orang itu akan tersesat di dunia dan
akhirat.
ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى
“Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya
penghidupannnya yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.”
(QS. Thaha : 124)
Rasulullah
Saw bersabda, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang
sekiranya kalian berpegang teguh kepadanya niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku.
Salah satu dari keduanya itu lebih agung dari yang lain, yaitu kitabullah,
adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan keturunanku dari
ahli baitku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang menemuiku
di telaga. Oleh karena itu perhatikanlah apa yang kalian perbuat terhadap
keduanya sesudahku.”
Sebaliknya
Allah akan memuliakan seseorang yang banyak berinteraksi dengan al qur’an baik
dengan membaca, mentadaburi, hingga menghafalkannya. Banyak dalil-dalil dari al
qur’an maupun sunnah yang menerangkan tentang hal ini, diantaranya firman Allah
Swt:
فمن اتبع هداي فلا يضل ولا يشقى
“Maka
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak celaka.” (QS. Thaha : 123)
Pengaruh Menghafal Al Qur’an dalam Kehidupan
Mukmin
Pengaruh
penghafalan atau penjagaan terhadap al qur’an pada diri seorang mukmin bisa
dilihat dari kedudukan al qur’an itu sendiri bagi seorang muslim. Diantara
nilai-nilai positif ilahiyah yang muncul di dalam diri seorang penghafal al qur’an
yang ikhlas semata-mata karena Allah adalah:
1.Mendapatkan Pengajaran dan Pengetahuan dari Allah Swt
Al qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat bagi manusia baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Dengan ilmu, manusia mampu mencapai derajat tertingginya diantara semua makhluk Allah Swt. Dan tanpa ilmu, sebaliknya manusia akan mencapai derajat terendahnya di bawah derajat para binatang. Tepatlah apa yang dikatakan al imam al Hasan al Bashri, “Kalaulah bukan karena ilmu pastilah manusia seperti binatang-binatang ternak”
Firman Allah Swt,
يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم
“Hai manusia sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu”
(QS. Yunus : 57)
Ads
not by this site
Al Harits
berkata, “Aku pernah lewat masjid, sedangkan orang-orang tengah larut
pembicaraan yang bathil, lalu aku menemui Ali, aku berkata, “Wahai Amirul
Mukminin, apa Anda tidak melihat orang-orang tengah larut dalam pembicaraan
yang bathil (dengan mengabaikan membaca al qur’an)?” Ali bertanya, “Apakah
mereka telah melakukannya?” Aku menjawab, “Ya.” Ali berkata, “Ingatlah, aku
pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya akan terjadi
fitnah.” Lalu aku bertanya, “Bagaimana solusinya wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Kitab Allah, di dalamnya ada kisah tentang peristiwa sebelum kalian
dan setelah kalian, hukum perkara diantara kalian, ia adalah (firman) yang
memisahkan (antara yang hak dan yang bathil), bukan sendau gurau, barangsiapa meninggalkannya
karena bersikap sombong maka Allah akan membinasakannya dan barangsiapa mencari
petunjuk pada selainnya maka Allah akan menyesatkannya, ia adalah tali Allah
yang kokoh, ia adalah peringatan yang bijaksana, ia adalah jalan yang lurus,
dengannya keinginan-keinginan tidak akan menyimpang dan dengannya lisan-lisan
tidak akan samar, ulama tidak pernah puas darinya, tidak usang meski sering
diulang-ulang dan keajaiban-keajaibannya tidak kunjung habis, ia juga yang
menyebabkan jin-jin tidak berhenti mendengarnya hingga mereka berkata, “Sesungguhnya
kami telah mendengarkan al qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk
kepada jalan yang benar lalu kami beriman kepadanya.” (QS. Al Jinn : 1-2),
barangsiapa berkata dengannya maka ia benar, barangsiapa mengamalkannya maka ia
diberi pahala, barangsiapa memutuskan perkara dengannya maka ia adil dan
barangsiapa menyeru kepadanya maka ia diberi petunjuk menuju jalan yang lurus,
ambillah ia untukmu, wahai A’war”
2.Memiliki hati yang senantiasa terjaga
Hati memegang peranan di dalam mengarahkan perilaku seseorang. Karena itu kebersihan hati seseorang menjadikan perilakunya lurus dan benar sebaliknya kekotoran hati seseorang menjadikan hatinya menyimpang dari aturan-aturan Allah Swt.
Hati pula
yang menjadi pusat serangan setan di dalam menundukkan manusia lalu mengajak
mereka kepada jalan yang sesat. Berbagai upaya setan terus-menerus dilakukan
dari berbagai sisi kehidupan. Dia mencoba menguasai manusia melalui bisikan
harta benda, istri, anak-anak, jabatan, kekuasaan, atau kenikmatan-kenikmatan
dunia lainnya.
Banyak
manusia berhasil ditaklukkan olehnya sehingga menjadi para pengikutnya. Hal
demikian dikarenakan ketidaksiapan hati mereka menerima serangan bertubi-tubi
yang dilancarkan oleh setan. Dan yang bisa menundukkan serangan-serangan setan
itu adalah kebersihan hati dengan senantiasa mengingat Allah Swt. sebaik-baik
dzikir adalah tilawah atau memurojaah hafalan-hafalan al qur’an.
Al qur’an
menjadikan seseorang memiliki hati yang lurus, bersih, senantiasa tertambat
dengan Allah Swt, meskipun jasad mereka di bumi namun hati mereka telah berada
di langit. Al qur’an yang dihafal di dalam hatinya mampu membentengi dari
berbagai penyakit hati yang banyak merusak kebanyakan hati manusia, ia adalah
obat terhadap berbagai penyakit yang menghinggapi hatinya sebagaimana firman
Allah Swt,
وشفاء لما في الصدور
“Penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) di dalam dada”
(QS. Yunus : 57)
3.Senantiasa Mendapatkan Arahan Allah Swt
Diantara ketergelinciran banyak manusia dari jalan Allah Swt adalah jauhnya mereka dari petunjuk Allah Swt. Mereka bagaikan orang-orang yang berada di sebuah lautan luas tanpa mengetahui arah mana yang harus ditempuhnya. Akibatnya mereka tidak akan pernah sampai kepada tujuannya bahkan hidup mereka hanya diombang-ambingkan oleh badai dan ombak di lautan tersebut sambil menunggu akan datangnya pertolongan atau maut menjemputnya.
Orang yang
menghafal al qur’an telah memiliki petunjuk dan arahan itu, yang manakala
mereka berpegang dan komitmen dengannya maka ia pasti akan sampai kepada tujuan
yang diharapkan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana firman
Allah Swt :
وهدى ورحمة للمؤمنين
“(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang mukmin”
(QS. Yunus : 57)
Orang yang
berpegang kuat dengan al qur’an bagai seorang yang telah memiliki cahaya untuk
dia bisa berjalan di tengah kegelapan yang pekat, sebagaimana firman-Nya :
أو من كان ميتا فأحييناه وجعلنا له نورا يمشي به في الناس كمن مثله في الظلمات ليس بخارج منها كذلك زين للكافرين ما كانوا يعملون
“Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah
Kami jadikan orang yang kafir itu memnadang baik apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Al An’am : 122)
Ads
not by this site
Makna
cahaya di dalam ayat tersebut adalah al qur’an sebagaimana disebutkan Ibnu
Katsir di dalam tafsirnya. Dengan cahaya itu, ia mengetaui bagaimana melintasi
jalanan yang gelap itu agar tidak mendapatkan kecelakaan dan selamat sampai di
tujuan.
4.Bekal Perubahan Diri dan Masyarakat
4.Bekal Perubahan Diri dan Masyarakat
Kita
menyaksikan di dalam sejarah perjalanan umat ini yang terdiri dari orang-orang
mulia dan para pejuang perubah dunia yang mampu menorehkan sebuah peradaban
paling unggul dari semua peradaban yang pernah ada di muka bumi ini. Mereka
adalah para sahabat ra. suatu generasi terbaik yang tidak pernah ada yang
menyamainya sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Allah dan
Rasul-Nya secara tegas dan terang menyebutkan mereka sebagai umat terbaik
“khairu ummah” di dalam surat Ali Imran ayat 110.
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran :” 110)
“Sebaik-baik
generasi adalah generasi saat aku diutus di dalamnya, kemudian generasi setelah
mereka, kemudian generasi setelah mereka.” (HR. Abu Dawud)
Mereka
adalah pribadi-pribadi qur’ani yang senantiasa mengucurkan air mata tatkala
membaca al qur’an di shalat-shalat malam mereka dan tatkala bermunajat dan
beristighfar di ujung-ujung malam mereka. Namun sifat-sifat itu semua tidaklah
menjadikan mereka lemah di siang hari di dalam mencari karunia Allah yang telah
disebarkan di sekitar mereka.
Tatkala
datang waktu-waktu jihad di jalan Allah mereka adalah orang-orang yang sangat
antusias menyambutnya karena di situlah ditanamkan puncak cita-cita mereka yaitu
mendapatkan syahid di jalan-Nya. Mereka menerjang musuh-musuh dan para
penentang Allah bak singa-singa lapar yang siap menerkam mangsanya.
“Sesungguhnya
Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (al qur’an) dan menghinakan
yang lain” (HR. Muslim)
Demikianlah
beberapa pengaruh penghafalan dan pemeliharaan al qur’an di dalam pembentukan
diri setiap para penghafal atau pemeliharanya. Mereka menjadi orang-orang yang
paling berbahagia di dunia diantara semua makhluknya sebagaimana kebahagiaan
akhirat kelak yang akan mereka dapatkan berupa derajat yang tinggi dan surga
Allah Swt.
“Dikatakan
kepada para pembaca al qur’an , “Maka sesungguhnya kedudukan kamu pada akhir
ayat yang kamu baca.”
(HR. Tirmidzi)
“Dari
Aisyah, dan barangsiapa yang masuk surga kalangan ahli al qur’an maka tidaklah
ada satu derajat pun diatasnya” Al
Hakim mengatakan bahwa sanadnya shahih.
D. KEUTAMAAN MENGHAFALKAN AL-QURAN
Diantara
keutamaan-keutamaan dari mengahafal Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:
1. Orang yang hafal
Al-Qur’an itu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berilmu. Sebagaimana
firman Allah SWT. Dalam surat Al-Ankabut ayat 48-49:
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن
قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا
لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ ﴿٤٨﴾ بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ
بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ (العنكبوت:٤٩)
Artinya:"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al
Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar
ragulah orang yang mengingkari (mu). (48) Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim". ( 49)
2. Hafal
Al-Qur’an menjadi sumber keselamatan dunia dan akhirat. Hadits Nabi
menjelaskan:
عن أبي الدرداء رضي الله
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : (( مَنْ حَفَظَ عَشْرَ آَيَاتٍ مِنْ
أَوَّلِ سُوْرَةِ الكَهْفِ عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ )) . في رواية : ((من آخر سورة
الكهف)
Artinya:”Dari Abu Darda RA. sesungguhnya Rasulullah SAW.
bersabda:”Barangsiapa yang hafal 10 ayat awal dari surat Al-Kahfi niscaya dia
akan dijaga dari fitnah Dajjal”. Dalam
riwayat lain: ( 10 akhir surat Al-Kahfi).
Ayat diatas, menjelaskan bahwa orang yang hafal 10 awal atau akhir dari
surat Al-Kahfi akan diselamatkan dari fitnah yang terbesar di dunia yaitu
fitnah Dajjal. Maka jelas orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu dijaga dan
diselamatkan oleh Allah dari segala kejelekan-kejelakan manusia, Apalagi kalau
sampai hafal Al-Qur’an 30 juz.
Orang hafal Al-Qur’an
akan selamat dari api neraka. Sebagaimana hadits Nabi:
لَوْ جَعَلَ القُرْآَنَ فِي إِهَابٍ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ مَا احْتَرَقَ) رواه أحمد . ويقول أبو أمامة : ( اِقْرَأُوْا القرآن وَلَا تَغَرَّنَكُمْ هَذِهِ المَصَاحِفُ المُعَلَّقَةُ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ قَلْبًا وعى القرآن.
لَوْ جَعَلَ القُرْآَنَ فِي إِهَابٍ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ مَا احْتَرَقَ) رواه أحمد . ويقول أبو أمامة : ( اِقْرَأُوْا القرآن وَلَا تَغَرَّنَكُمْ هَذِهِ المَصَاحِفُ المُعَلَّقَةُ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ قَلْبًا وعى القرآن.
Artinya:”Seandainya Al-Qur’an ini dibuat dari kulit kemudian dilemparkan
(kulit tersebut) ke dalam api neraka niscaya tidak akan terbakar”.(H.R.Ahmad)
dan Abu Umamah berkata:”Bacalah Al-Qur’an dan sungguh mushaf-mushaf Al-Qur’an
yang menggantung pada hatimu tidak akan menipumu, karena Allah tidak akan
menyiksa hati yang tersimpan di dalamnya ayat Al-Qur’an”.
3.
Orang yang hafal Al-Qur’an itu berada di barisan paling depan/paling
dahulu di dunia dan akhirat. Sebagaimana hadits Nabi SAW. yang berbunyi:
عن عمر بن الخطاب رضي
الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا
الكِتَابِ أَقْوَامًا ، وَيَضَعُ بِهِ آَخَرِيْنَ.)
Artinya:”Dari Umar bin Khattab R A., sesungguhnya Nabi SAW. bersabda:”Sesungguhnya Allah mengangkat
derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an ini, dan merendahkan yang lainnya”.
4. Orang yang hafal
Al-Qur’an itu memperoleh derajat tinggi di syurga. Sesuai hadits Nabi SAW.:
عن عبدالله بن عمرو بن
العاص رضي الله عنهما ، قال : قال رسول الله : (( يُقَالُ لِصَاحِبِ
القُرْآَنِ اِقْرَأ وَاَرَقُّ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا ،
فَإِنْ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آَخِرَ آَيَةٍ تَقْرَؤُهَا ((.
Artinya:”Dari Abdullah
bin ‘Amru bin Ash RA. berkata:”Rasulullah SAW. bersabda:”Dikatakan kepada orang
yang hafal Al-Qur’an, bacalah Al-Qur’an! lembutkanlah!, dan bacalah dengan
tartil, sebagaimna kamu melakukannya ketika di dunia, karena kedudukanmu (di
akhirat) di akhir ayat yang kamu baca”.
Dalam hadits lain
dijelaskan:
المَاهِرُ بِالقُرْآَنِ
مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ القرآنَ وَيَتَتَعْتَعُ
فِيْهِ ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ ، لَهُ أَجْرَانِ.
Artinya:”Orang yang
pandai membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia (di syurga) dan orang
yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata ketika membacanya, dan mengalami
kesulitan maka baginya dua pahala”.
5. Al-Qur’an akan
memberikan syafaat di hari kiamat bagi orang yang membaca, menghafal dan
mengamalkannya. Sebagaimana hadits Nabi:
اِقْرَأُوْا القُرْآَنَ
فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ شّفِيْعاً لِأَصْحَابِهِ.
Artinya:”Bacalah Al-Qur’an karena dia akan menjadi syafat (penolong) di
hari kiamat bagi orang yang membacanya”.
6. Orang yang hafal
Al-Qur’an akan diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan kedua orang
tuanya dipakaikan pakaian yang tidak ada di dunia. Dalam hadits dijelaskan:
...
وَإِنَّ القُرْآَنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ القيامةِ – حِيْنَ يَنْشَقُّ عَنْهُ
قَبْرَهُ – كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ ، فَيَقُوْلُ لَهُ : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول
: مَا أَعْرِفُكَ . فيقول له : هَلْ تَعْرِفُنِي ؟ فيقول : مَا أَعْرِفُكَ . فيقول : أَنَا صَاحِبُكَ
القُرْآَنُ ، الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الهَوَاجِرِ ، وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ .
وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ ، وَإِنَّكَ اليَوْمَ مِنْ
وَرَاءِ كُلِّ تِجَارّةٍ . فَيُعْطِى المُلْكَ بِيَمِيْنِهِ ، واَلخُلْدَ
بِشِمَالِهِ ، وَيُوْضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوِقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ
حُلَّتَيْنِ لَا يَقُوْمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا ، فيقولان: بمِاَ كَسَيْنَا
هَذِهَ ؟ فيقال : بِأَخْذِ وَلِدِكُمَا القُرْآن . ثم يقال له : اِقْرَأْ ،
وَاصْعَدْ فِي دَرَجَةِ الجَنَّةِ وَغُرَفِهَا ، فَهُوَ فِي صُعُوْد مَا دَامَ
يَقْرَأُ هَذَا كَانَ أَوْ تَرْتِيْلاً((
Artinya: … dan
sesungguhnya Al-Qur’an akan menemui orang yang membacanya pada hari kiamat –
ketika itu kuburannya dicium – seperti orang yang pucat, kemudian Al-Qur’an itu
berkata kepadanya: “Apakah kamu mengenaliku?” Dia menjawab:” Aku tidak
mengenalimu”. Kemudian bertanya lagi kepadanya:” Apakah kamu mengenaliku?”. Dia
menejawab lagi:”Aku tidak mengenalimu”. Lalu Al-Qur’an itu berkata:”Aku
temanmu, Al-Qur’an, yang membuatmu haus pada siang hari, dan membuatmu tidak
tidur malam, dan sesungguhnya setiap pedagang di belakang dagangannya, dan hari
ini kamu berada di belakang setiap
dagangan, di berikan kerajaan di sebelah kanannya, kehidupan kekal di sebelah
kirinya, diletakkan diatas kepalanya mahkota kehormatan, dan dipakaikan kedua
orang tuanya pakaian yang tidak ada di dunia. Kemudian kedua orang tuanya
berkata:”Kenapa kami memakai pakaian ini?” dikatakan kepada keduanya:” Karena
anakmu yang selalu mengambil Al-Qur’an untuk dibaca, dan dikatakan
kepadanya:”Bacalah! Dan naiklah sampai kedudukan yang tinggi di syurga, yaitu
berada diatas selama kamu membacanya dengan tartil”.
7. Orang yang hafal
Al-Qur’an menikah tanpa maskawin (maskawinnya Al-Qur’an). sebagaimana hadits
Nabi yang berbunyi:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سِعْدٍ
السَّاعِدِي قَالَ : جَاءَتْ
امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِيْ. فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلىَ الله
عليه وسلَم فَصَعَدَ النَّظْرَ فِيْهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُوْلُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ فَلَمَّا رَأَتِ المَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ
فِيْهَا شَيْئًا جَلَسَتْ . فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ يَا رسولَ
اللهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيْهَا . قَالَ : فَهَلْ عِنْدَكَ
مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَقَالَ اِذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ
فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ؟ فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ لاَ وَاللهِ مَا
وَجَدْتُ شَيْئًا . فَقَاَل رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اُنْظُرْ وَلَوْ
خَاتَماً مِنْ حَدِيْدٍ . فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ : لَا وَاللهِ يا رسول
الله وَلَا خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ ، وَلَكِنْ هَذاَ إِزَارِيْ [قَالَ سَهَل :
مَالَهُ رِدَاءٌ ] فَلَهَا نِصْفُهُ . فَقَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم :
وَمَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ
، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ فَجَلَسَ الرَّجُلُ
حَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسَهُ قَامَ ؟ فَرَآهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم
مُوَلِّيًا فَأَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ فَلَمَّا جَاءَ قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ
القُرْآَنِ ؟ قَالَ : مَعِيْ سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَةُ كَذَا وَعَدَدُهَا . فقال : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ
ظَهْرِ قَلْبٍ . قَالَ : نَعَمْ. قَالَ اِذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا
مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ ))
وَفِي رِوَايَةٍ ( اِذْهَبْ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا فَعَلِّمْهَا مِنَ
القُرَآن
Artinya:” Dari Sahal bin Sa’ad As-Saa’idi berkata:”Seorang wanita datang
kepada Rasulullah SAW. lalu dia berkata:”Ya Rasul aku datang menyerahkan diriku
kepadamu, kemudian Rasul memperhatikannya, dan menaikkan pandangannya, lalu
beliau menundukkan kepalanya, ketika wanita itu memperhatikan bahwa beliau
tidak memutuskan apa-apa, dia langsung duduk. Kemudian berdiri seorang
laki-laki dari sahabat beliau seraya berkata: apabila engkau tidak ada
keinginan kepada wanita tersebut maka nikahkanlah aku dengannya! Lalu Rasul
bertanya:”Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk maskawin)?”. Dia menjawab:”Demi
Allah aku tidak punya apa-apa”. Lalu beliau menyuruh untuk pergi ke
keluarganya, apakah keluarganya mempunyai sesuatu? kemudian dia pergi, tidak
lam kemudian kembali dan berkata: saya tidak menemukan apa-apa. Beliau berkata:
coba lihat lagi, walaupun hanya cincin besi? Lalu dia pergi lagi dan segera
kembali seraya berkata: demi Allah ya Rasul tidak aku ketemukan sesuatu apapun.
Tetapi aku hanya punya sarung. Sarung ini dibagi dua dengannya. Lalu beliau
berkata:”Apa yang kamu pakai kalau sarung itu dipakai olehnya kamu tidak
mempunyai apa-apa? Kemudian laki-laki itu duduk lama lalu berdiri lagi. Rasul
memanggilnya, kemudian dia menghampiri beliau, lalu beliau berkata:”Apa yang
kamu hafal dari Al-Qur’an?”. Saya hafal surat…. Sampai ayat…..kemudian beliau
berkata:”Bacalah ayat tersebut dengan dihafal!” Beliau menjawab:”Ya Rasul”.
Beliau berkata lagi:”Pergilah bersama wanita itu, aku telah menikahkannya
dengan kamu bersama maskawin bacaan Al-Qur’an yang kamu hafal”. Dalam riwayat
lain:”Pergilah dengan wanita itu! lalu ajarkanlah dia Al-Qur’an”.
8. Menolong ilmu dengan
menghafalnya. Jadi, orang yang hafal Al-Qur’an itu orang yang memuliakan ilmu
Al-Qur’an, maka Allah Akan meninggikan derajatnya sebagaimana orang-orang yang
berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT.:
يرْفَعِ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ...(المجادلة:١١)
9.
Hafal Al-Qur’an akan menguatkan ingatan. Allah berfirman:
قال تعالى : وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ )البقرة: ٢٨٢)
10. Orang yang hafal
Al-Qur’an dapat dibedakan dari Akhlak dan budi pekertinya.
11. Hafal Al-Qur’an dapat
meluruskan lidah, membuat lidah fasih dalam berbicara. karena Al-Qur’an ini
kitab Allah yang paling balaghoh.
12. Menghafal Al-Qur’an itu
meneladani Rasulullah SAW.
13. Meneladani Ulama salaf.
14. Hafalan Al-Qur’an akan
memberikan kemudahan bagi semua orang.
15. Orang yang hafal
Al-Qur’an akan diberikan kemudahan untuk mencapai kesuksesan oleh Allah SWT.
16. Orang yang hafal
Al-Qur’an itu termasuk Ahlullah (keluarga Allah).
17. Orang yang Hafal
Al-Qur’an itu berhak mendapatkan kemulian dari Allah.
18. Tidak dikatakan iri
kepada orang yang hafal Al-Qur’an, akan tetapi ghibtoh .
19. Orang yang hafal dan
mempelajari Al-Qur’an itu lebih baik dari perhiasan dunia.
20. Orang yang hafal
Al-Quran yaitu orang yang paling banyak membaca Al-Qur’an, maka otomatis banyak
pahala yang ia peroleh.
21. Orang yang hafal
Al-Quran selalu membacanya setiap saat.
22. Orang yang hafal
Al-Quran tidak akan kesulitan untuk berbicara, berceramah dan belajar. Karena
lidahnya sudah terbiasa mengucapkan Al-Qur’an dan selalu ada dalam hatinya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Untuk mengembangkan
kecerdasan spritual di masyarakat Wajo terkhusus pada anak-anak dan remaja
adlaah dengan cara menghafalkan Al-Quran. Dengan menghafalkan AL-Quran sikap
dan perilaku para pemuda akan tejaga dari arus budaya barat yang sangat pesat.
Oleh sebab itu dengan adanaya gerakan Waho Mneghfal bertukuan untuk
mengembangan kecerdasan spritual pada pemuda agar tidak terjerumus ke arah
negatif, dan tetap pada koriddor islam
B.
SARAN
Sebagai pemegang estafet penentuk kemajuan dan
keberhasilan bangsa Indonesia,seharusnya sebagai pemuda harus terus berpegang
teguh kepada AL-Quran.
C. DAFTAR PUSATAKA
http://www.depidprasetyo.my.id/2012/12/sistematika-penulisan-karya-ilmiah.html. diakses 20 februari 2014
0 Response to "Karya Ilmiah tentang Peningkatan Nilai Spritual melalui Wajo Menghafal"
Post a Comment